Sabtu, 21 Mei 2011

HUBUNGAN HAKEKAT MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN


Sebelum membaca atau melkukan aktipitas tanamkan budaya membaca kalimat
ﺒِﺴْﻡﭐﷲِﭐﻠﺭﱠﺤْﻤﹶٰﻥﭐﻠﺭﱠﺣِﻴﻡ
HUBUNGAN HAKEKAT MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN
Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable. Artinya, pada hakekat manusia adalah mahluk yang dapat dididik. Di samping itu,menurut,Langeveld,manusia juga bisa disebut sebagai animal enducandum yang artinya manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang harus dididik,dan homo educandus yang bermakna bahwa manusia merupakan mahluk yang bukan hannya harus dan dapat dididik tetapi juga harus dapat mendidik. Diskeripsi di atas mengungkapkan secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakekat manusia dengan garapan pendidikan sebagai salah satu usaha sadar untuk lebih memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Mahalan pendidikan telah dianggap sebagai hak asasi manusia yang harus di penuhi. Persoalannya adalah mengapa garapan pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia,mengapa manusia harus dididik dan harus mendidik.
Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi,antara lain:
A.    HAKEKAT ANAK SEBAGAI MANUSIA

Manusia yang baru lahir dalam keadaan yang serba lemah. Ia belum dapat berdiri sendiri,belum bisa mencari makan sendiri. Semuanya dalam keadaan serba bergantung pada orang lain. Walaupun demikian. Ia telah menunjukan keunikannya kendati dalam takaran yang sederhana. Pada saat ia lahir dalam kandungan ibunya telah mengekspresikan dirinya dalam bentuk tangis atau gerakan-gerakan tertentu. Tangisan atau gerkan tanpa latihan itu menggambarkan bahwa anak sejak lahir telah memiliki potensi untuk berkembang. Paling tidak ada empat pandangan yang bisa mempengaruhi perkembangan anak, yaitu:
1.      Pandangan nativisme, yang berpendapat bahwa perkembangan individual semata-mata ditentukan oleh factor yang dibawa sejak lahir. Menurut pandangan ini,hasil pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri,apakah itu pembawaan baik atau jelek. Dengan demikian,lingungan kurang memberikan pengaruh yang besar,karna semuanya sudah ditentukan oleh bawaan anak semenjak lahir. Teori ini,awalnya diperkenalkan oleh seseorang filsof jerman Schopenhauer ( 1788-1880 )
2.      Pandangan naturalisme, yang berpendapat bahwa semua anak lahir dengan pembawaan baik,dan tak ada seorang anak yang memiliki pembaeaan baik menjadi rusak karna pengaruh lingkungannya. Pandangan ini kurang memandang penting artinya pendidikan bagi perkembangan anak,sebab pada kenyataannya pendidikan justru memberikan kontribusi poko bagi pendewasaan manusia. Tokoh pandangan ini adalah J.J.Rousseau,filsuf Prancis yang hidup tahun 1712-1778.
3.      Pandangan environtalisme, yang berpendapat bahwaperkembangan anak sngat bergantung pada lingkungannya. Orang yang pertama yang mengemukakan pendapat ini adalah Jhon Locke,seorang filsof inggris yang hidup tahun 1632-1704. Pandangan ini memberikan penekanan bahwa lingkungan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi anak. Anak ibarat kertas putih yang bisa ditulis berbagai warna. Oleh sebab itu, hasil pendidikan dianggap sebagai campur tangan lingkungan terhadapnya.
4.      Pandangan Konvergensi, yang berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak,factor bawaan ataupun factor lingkungan memberikan kontribusi yang sepadan. Pandangan ini pada awalnya dikembangkan oleh Wiliam Stern seorang ahli pendidik jerman yang hidup pada tahun1871-1939. Pendapat ini tidak memisahkan secara kotak-kotak antara factor bawaan dengan factor lingkungan. Factor bawaan, misalnya bakat seseorang, bisa tidak akan berkembang manakala tidak ada lingkungan yang mendukungnya, sebaliknya lingkungan yang baik akan kurang bermakna apa-apa manakala anak sendiri tidak menunjukan bakat atau kemampuannya untuk mengembangkan diri. Ini mengandung maksud bahwa anak dengan segala potensi yang dimilikinya adalah mahluk yang memerlukan  bantuan untuk berkembang kearah kedewasaan, oleh  karna itu dalam  tahapan selanjutnya ia perlu dibimbing dan diberi pendidikan kea rah pendewasaan dirinya. Pandangan ini menyakini bahwa perkembangkan anak adalah hasil perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan berkembang menjadi baik manakala mendapatkan sentuhan pengaruh lingkungan yang menompang perkembangan dirinya.

B.     MANUSIA DENGAN SIFAT KEMANUSIAANNYA.

Kegiatan mendidik adalah sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kat mengatakan,”manusia hanya dapat menjadi manusia karna pendidikan”, jadi jika manusia tak dididik maka ia takan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar yang dalam perkembangannya menjadi anak liar. Misalnya, dilukiskan dalam cerita anak liar di India yang dalam sejarah pendidikan terkenal dengan nama ramu dan diasuh oleh seorang dokter bernama Shorma.
            Konsepsi tersebut memberikan penekanan bahwa lingkungan pendidikan memberikan konteribusi bagi pembentukan peribadi anak. Anak mempunyai potensi untuk menjadi dewasa,baik secara fisik maupun secara pisikis. Sebagai contoh, pada dasarnya setiap individu mempunyai potensi untuk agresif. Bagi bangsa yang haus akan kekuasaan,seperti dilukiskan dalam perkembangan bangsa Sparta pada zaman yunani kuno,maka setiap individu digembeleng agar tumbuh dan berkembang menjadi seorang aggressor sejati. Lain halnya dengan bangsa yang senantiasa mencintai kedamaian dan kerukunan, maka sifat agresif manusia tadi diarahkan untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cinta damai dalam suasana kehidupan yang aman dan harmonis.
            Konsespsi hakekat anak sebagai manusia,juga merefleksikan setiap individu memiliki berbagai kemungkinan dalam perkembangannya. Seseorang individu dapat berkembang menjadi warga yang tidak baik. Atau seorang anak, dalam perkembangannya dua puluh tahun kemudian, bisa saja ia menjadi seorang dokter atau berprofesi sebagai insinyur, atau muncul menjadi sosok penguasa tangguh yang cermerlang. Itulah potensi-potensi manusia yang dalam perkembangannya bisa positif ataupun malah sebaliknya menjadi negative. Tugas dan garapan pendidikan adalah antara lain untuk mendidik setiap individu untuk mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

C.    MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA

Manusia dengan budi,rasa dan karsanya menciptakan kebudayaan. Agar manusia dapat hidup dan menghayati dunia kebudayaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai-nilai atau norma kebudayaan yang sepatutnya disampaikan dalam garapan pendidikan. Dengan demikian pendidikan pada hakekatnya adalah proses kebudayaan yaitu suatu proses yang berkesinambungan yang mengangkat harkat dan martabat manusia dari dunia alam ( the world of nature ) menuju kehidupan yang bercirikan dunia kebudayaan ( the world of cultur ). Aliran kebudayan dalam pendidikan ini dipelopori oleh Sprager,yang mengutamakan masalah penyampain norma,nilai kebudayan dan peradaban manusia   yaitu dalam bentuk nilai politik,social,ekonomi,keagamaan,ilmu pengetahuan,setra kesenian. Hal senada dikemukakan Kluckhom seperti dikuti nama sudjana (1989:12-13) yang membagi tujuh kategori produk kebudayaan secara umum yaitu:
1.      Bahasa
2.      System ilmu pengetahuan
3.      Organisasi social
4.      System peralatan dan teknologi
5.      System mata pencaharian
6.      System religi
7.      Kesenian

Berdasarkan konsep yang dikemukakan diatas,pendidikan merupakan proses kebudayaan guna meningkatkan harkat dan martabat manusia,merupakan proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi melalui intraksi insane dan tanpa batas ruang dan waktu. Pendidikan tidak hanya dimulai dan diakhiri di sekolah. Pendidikan dimulai dari lingkungan luarga,dilanjutkan dan ditempa di lingkungan sekolah. Kemudian peruses pendidikan itu diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil-hasilnya dapat digunakan dalam membangun kehidupan peribadi,agama,keluarhga,masyarakat,bangsa dan Negara untuk mengkaitkan derajat peradaban umat manusia.

Tidak ada komentar: